Indonesia perlu langkah strategis antisipasi ancaman nuklir
Kepala Otoritas Pengatur Nuklir (Bapeten), Jazi Istiyanto, mengatakan bahwa Indonesia memerlukan langkah strategis untuk mengantisipasi ancaman radiasi nuklir, walaupun Indonesia saat ini tidak memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir komersial (PLTN).
“Kurangnya pembangkit listrik tenaga nuklir tidak berarti itu aman. Indonesia dapat dipengaruhi oleh negara lain, misalnya jika pembangkit listrik tenaga nuklir bocor di Bangladesh atau Vietnam,” katanya pada konferensi pers untuk Konferensi Informasi Pengawasan pada Rabu di Jakarta.
Untuk melakukan ini, kita perlu langkah strategis di mana banyak pihak terlibat
untuk mengembangkan standar operasional ketika ancaman nuklir muncul.
Dia memberi contoh dan kemudian ada bom di Bandung yang terbuat dari lampu Petromax. Meskipun kandungan thorium di kap lampu sangat rendah, itu menunjukkan bahwa bahkan teroris memahami kekuatan nuklir.
“Kita harus mengurus semua pihak untuk ini.”
Dia mengatakan harus ada kesiapan untuk ancaman nuklir. “Indonesia memiliki 172 titik masuk dalam bentuk bandara dan pelabuhan. Dari jumlah itu, hanya enam yang memiliki radiasi atau kecepatan pengawasan pelabuhan,” kata Istiyanto.
Jumlah kecepatan yang sangat rendah tentu saja merupakan potensi untuk radiasi nuklir
yang disengaja atau tidak disengaja dari negara lain. 6 rpm terletak di pelabuhan Belawan, pelabuhan Batam Batu Ampar, pelabuhan Bitung, pelabuhan Makassar Soekarno Hatta, pelabuhan Jakarta Tanjung Priok dan pelabuhan Surabaya Tanjung Perak.
Penggunaan perangkat untuk sumber radiasi nuklir tersebar luas di Indonesia. Pada 2017, pemerintah telah memberikan setidaknya 60.833 lisensi untuk menggunakan perangkat yang mengandung radiasi nuklir, baik dalam bentuk sinar radioaktif, sinar-X, dan lainnya.
Dari jumlah ini, 40.000 lebih digunakan oleh industri, sekitar 20.000 lebih banyak
untuk obat-obatan dan sisanya untuk penelitian.
Para profesional kedaulatan dan kelautan di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Laksamana Muda I TNI Nyoman Nesa, mengatakan penggunaan senjata nuklir dalam kehidupan manusia telah membawa manfaat besar di bidang industri dan medis. Sisi negatif penggunaan nuklir tentu juga adalah penciptaan senjata pemusnah massal dan terorisme.
“Sejauh ini, masyarakat hanya tahu sisi negatifnya. Meski ada banyak sisi positif,” kata Nesa.
Untuk mengatasi efek radiasi nuklir, itu harus dilakukan bersama oleh badan terkait.
Baca Juga :